WHAT'S NEW?
Loading...

Darimanakah Sejarah Asal-Usul Nama Indonesia? Inilah Sejarahnya

Negara Kesatuan Republik Indonesia1

Nama Indonesia telah banyak digunakan bahkan jauh sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ini. Namun taukah anda kapan nama Indonesia pertama kali digunakan? Siapa yang menemukannya? Dan bagaimana nama tersebut bisa menjadi nama negara kita? Mungkin kebanyakan rakyat indonesia sendiri masih banyak yang belum mengetahuinya.

Padahal, mengenal sejarah bangsa kita sendiri itu sangat penting. Menurut Pramoedya Ananta Toer, sastrawan terkemuka di Indonesia yang telah banyak menulis novel sejarah itu pernah berkata “ Kalau orang tak tahu dengan sejarah bangsanya sendiri, tanah airnya sendiri, gampang jadi orang asing di antara bangsa sendiri ”.

Nah, untuk mengenal bangsa kita lebih dekat, Ada baiknya kita mempelajari sedikit tentang Sejarah Asal-Usul Nama pemberian nama negara kita Indonesia yang tercinta ini, berikut adalah ulasannya yang di dihimpun dari beberapa sumber :

Zaman sebelum kedatangan bangsa Eropa :
Pada zaman  dahulu tanah air kita disebut dengan aneka macam nama. Bangsa Tionghoa menyebutnya dengan nama Nan-hai atau Kepulauan Laut Selatan. Bangsa India menamai dengan Dwipantara yang berarti Kepulauan Tanah Seberang. sedangkan Bangsa Arab menyebut tanah air kita dengan sebutan Jaza’ir al-Jawi, Kepulauan Jawa.

Masa setelah kedatangan Bangsa Eropa :
Bangsa Eropa pada saat itu menyebut tanah air kita dengan nama “Kepulauan Hindia” (Indian Archipelago,Indische Archipel) atau “Hindia Timur” (Indes Orientales, Oost Indie, East Indies). Nama lainnya yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (Malay Archipelago, Maleische Archipel). Dan ketika tanah air kita dijajah oleh bangsa Belanda, Nama yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie atau Hindia Belanda, sedangkan pada pemerintah kependudukan Jepang 1942-1945 memakai nama istilah Hindia Timur atau To-Indo.

Berbagai Nama yang di usulkan :
Eduard Douwes Dekker pernah mengusulkan nama yang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita yaitu dengan nama Insulinde, yang berarti “Kepulauan Hindia”. Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer dikalangan masyarakat indonesia pada saat itu. 

Selanjutnya pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi, Mempopulerkan suatu nama untuk tanah air kita dengan nama Nusantara, Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno pada zaman Majapahit yang ditemukan di daerah Bali pada akhir abad ke-19.

Istilah Nusantara dari Dr. Setiabudi ini dengan cepat menjadi sangat populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini pun istilah Nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan seluruh wilayah tanah air kita dari daerah Sabang sampai Merauke. akan tetapi nama resmi bangsa dan negara kita tetap Indonesia.

Munculnya Nama Indonesia
Pada Tahun 1847 di Singapura terbitlah sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia, yang dikelola oleh James Richardson Logan, warga Skotlandia yang meraih sarjana hukum di Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi asal Inggris, George Samuel Windsor Earl, Bergabung sebagai redaksi majalah tersebut.

Dalam Majalah tersebut pada Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel yang berjudul “ On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay Polynesian Nations ”. Didalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa saatnya penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas tersendiri, sebab nama Hindia Tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan nama India yang lainnya. Earl kemudian mengajukan dua pilihan nama, yaitu Indunesia atau Malayunesia, nesos, yang dalam bahasa Yunani berarti Pulau. Pada halaman 71 dalam artikelnya itu tertulis, “ the inhabitants of the Indian Archipelago or malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians ”.

Pada Awalnya Earl memilih menggunakan nama Malayunesia atau Kepulauan Melayu, dari pada Indunesia atau pun Kepulauan Hindia, sebab Malayunesia merupakan nama sangat tepat bagi ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk bangsa Ceylon (Srilanka) dan juga Maldives atau Maladewa. Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu yang dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang sering menggunakan istilah Malayunesia dan tidak menggunakan istilah Indunesia. Dalam majalah itu pada Volume IV itu juga, dihalaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel yang The Ethnology of the Indian Archipelago, Pada awal tulisannya ia menyatakan perlunya nama khas bagi negara kepulauan ini, sebab istilah “Indian Archipelago” dianggapnya terlalu panjang dan sangat membingungkan. lalu Logan memungut nama Indunesia yang telah dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar pengucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.

Dan untuk pertama kalinya nama Indonesia muncul di dunia yang tercetak pada halaman 254 yang di tulis oleh James Richardson Logan, Ketika ia mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan sendiri pun tidak menyadari bahwasannya di kemudian hari nama tersebut akan menjadi nama sebuah bangsa dan negara yang jumlah penduduknya meduduki peringkat keempat terbesar di dunia.

Sejak pada saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam artikel-artikel ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini terus menyebar di kalangan para ilmuwan dibidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi dari Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan sebuah buku yang berjudul " Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel " sebanyak lima volume, yang memuat beberapa hasil-hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita pada tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang membuat nama Indonesia populer di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah Indonesia itu merupakan ciptaan Bastian. 

Putra bangsa yang mula-mula menggunakan nama istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat atau yang sering kita sebut dengan nama Ki Hajar Dewantara. pada saat di buang ke negeri Belanda tahun 1913 dan beliau lalu mendirikan sebuah biro pers yang diberi nama Indonesische Pers-bureau.

Pada Masa Kebangkitan Nasional: Makna politis.
Pada tahun 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna yang politis, yaitu merupakan identitas suatu bangsa yang digunakan untuk memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai menaruh curiga dan waspada terhadap pemakaian kata yang merupakan ciptaan Logan itu. Di tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di daerah Rotterdam, yang merupakan organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda, yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging, dan berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. 

Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo juga mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia mengganti nama mereka menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu di tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan yang dinamai Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij).

Itulah ketiga organisasi yang berada di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. dan akhirnya nama Indonesia pun dinobatkan sebagai nama tanah air kita, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928, yang saat ini kita sebut dengan Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus tahun 1939 tiga orang dari anggota Volksraad, yaitu Wiwoho Purbohadidjojo, Muhammad Husni Thamrin dan Sutardji Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintahan Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai nama pengganti “Nederlandsch- Indie”. Tetapi Belanda tetap keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah namun dengan masukkanya Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 membuat nama Hindia Belanda ‘lenyap’ dan pada akhirnya tergantikan dengan nama Republik Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar